Laman

Monday, January 5, 2015

Melody x Frieska : Sister And Me


Jika kamu berada di posisi adik dalam sebuah keluarga, suatu saat akan muncul pertanyaan di dalam benakmu, “Apa yang berbeda diantara kami?”, “Kenapa kakak lebih baik dariku dalam segala hal?”,  “Kenapa kakak aku aktif? Sedangkan aku pendiam?” dan berbagai macam pertanyaan lainnya yang mungkin akan menghantuimu.

“Frieska? Kamu dirumah aja malam ini? Inikan malam minggu, nggak jalan kayak kakak kamu?” tanya mama Frieska yang melihat anaknya sedang asik rebahan di atas sofa ruang tamu dengan novelnya

Hampir setiap malam minggu mamanya Frieska memberikan pertanyaan yang sama pada Frieska, dan jawaban anaknya itu juga hampir sama setiap mamanya bertanya.

“Nggak ah Ma, mending dirumah aja. Lagian... nggak ada tempat yang asik buat dikunjungi” jawab Frieska dengan mata yang masih fokus menatap halaman novel yang sedang dibacanya

Mamanya Frieska hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap anaknya yang sangat jarang main keluar. Ketika hari libur sekalipun anaknya itu hanya menghabiskan waktunya dengan diam dirumah sampai seharian penuh. Berbeda dengan kakaknya yang lebih sering main keluar bersama dengan teman-temannya.

“Yaudah... kalo kamu laper pergi aja ke dapur, Mama udah nyiapin makanan kesukaan kamu di dalam kulkas. Kalo kamu mau jalan, uang jajannya udah mama taruh di meja belajar kamu” ucap Mamanya Frieska mengingatkan Frieska

Frieska mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda mengiyakan perkataan mamanya. Setelah mamanya beranjak pergi, sekarang di ruang tamu itu hanya tersisa dirinya yang sedang sibuk sendiri dengan aktivitasnya. Sebenarnya Frieska juga sangat ingin main keluar, tapi dia tidak tahu mau menuju kemana, dan lagi... tidak ada teman dekat yang bisa dia ajak untuk pergi jalan-jalan.  

Kegiatan Frieska dimalam hari hanyalah melakukan rutinitas mainstream yang biasanya dilakukan oleh anak rumahan, seperti baca Novel, pantengin Timeline sosmed, nonton Televisi, bermain game, dengerin musik yang diputer oleh salah satu stasiun radio. 

Dalam dunia sosmed, Frieska sangat jarang sekali memposting kegiatannya. Jeda waktu dia memposting tweet bahkan sampai berminggu-minggu, berbeda dengan teman-temannya yang lain. Di dunia sosmed-pun dia sangat pasif, sama seperti dunia nyatanya. Selain stalking akun teman-temannya, Frieska juga sangat sering stalking akun milik kakaknya.

“Lagi makan di Mall Fx bareng teman-teman! Bareng teman-teman ya? trus kapan kakak mau makan sama adiknya diluar? Owhhh... kapan-kapan ya? Oke fine... Frieska bisa makan sendiri kok dirumah...” gumam Frieska berbicara sendirian saat membaca tweet milik kakaknya

Frieska jadi bete sendiri membaca tweet-tweet milik kakaknya. Disaat dia sedang kesepian sendirian, kakaknya malah asik bersama dengan teman-temannya. Emang sih kakaknya pernah ngajak dia jalan, tapi Frieska merasa tidak nyaman berkumpul dengan teman-teman kakaknya yang hampir tidak dia kenali. Dia pengen jalan, asalkan teman-teman kakaknya itu tidak ikut.

Aktifitas kakaknya yang paling dibenci oleh Frieska adalah saat kakaknya selfie dengan orang lain yang lebih muda darinya, juga... dia sangat benci sama orang yang memanggil kakaknya dengan panggilan “Kak Melody” baginya satu-satunya orang yang boleh memanggil kakaknya dengan sebutan “Kak Melody” hanya dia seorang.

Hal lain yang juga dibenci oleh Frieska adalah mengakui hubungan antara dia dan kakaknya yang semakin lama semakin menjauh. Semakin lama kakaknya itu makin sibuk, yang membuat waktu dia bersama dengan kakaknya jadi semakin sedikit. Dia juga sadar diumurnya yang sekarang sudah tidak bisa lagi bermanja-manja seperti saat dia masih kecil dulu.  

***

3 hari kemudian,

Frieska sekolah di tempat yang sama dengan Melody, kakaknya. Perbedaan usia antara Melody dan Frieska adalah 3 tahun, saat di SMP Frieska sukses mengikuti program akselerasi yang membuat dia bisa satu sekolah dengan kakaknya. Namun hasil jerih payahnya mengejar kakaknya tidak semanis harapan yang pernah dia bayangkan. Disekolah, kakaknya itu masuk dalam jajaran siswi populer yang sangat sering mendapatkan pujian dari pihak sekolah atas prestasinya dalam berbagai bidang seperti musik, olah raga dan juga modelling, bahkan kakaknya itu sering pergi keluar kota bersama dengan rekan-rekan untuk memgikuti berbagai kejuaraan.

“Eh Fries, Sekolah kita menang lagi loh lomba paduan suara di Jakarta. Kakak kamu emang hebat ya. Nggak nyesel punya temen kayak kamu, adiknya Kak Melody...” ucap Dhike saat membaca isi mading

Bagaikan tanpa emosi, apapun yang dimenangkan oleh kakaknya itu tidak ada satupun yang membuat Frieska bahagia sama sekali. Bahkan Frieska menganggap semakin kakaknya terkenal, justru semakin membuatnya tak terlihat. Tak terlihat dalam arti kiasan seperti cahaya yang meredupkan bayangan ketika cahaya itu semakin terang.

“Au ah... gelap” balas Frieska sambil meninggalkan Dhike yang masih membaca isi mading

***   

Sore harinya setelah pulang sekolah Frieska berangkat ke salah satu tempat favoritenya, yaitu ke pinggiran sungai yang ada dikotanya. Saat ini dia sedang malas berkumpul dengan keluarganya, terutama ketika kakaknya sedang memenangkan sesuatu. Dia terlalu takut jika orangtuanya akan memandingkan dia dengan kakaknya.

“Yah... kok mantulnya cuman 2 kali aja?” keluh Frieska dengan helaan nafas

Frieska berkali-kali melempar batu kesungai dengan maksud agar batu itu dapat memantul lebih banyak dan lebih jauh dari biasanya, tapi batu yang dilemparnya paling banyak hanya 2 kali pantulan.

Lelah melemparkan batu, Frieska rebahan di atas rumput yang ada di pinggiran sungai. Matanya memandangi langit sore yang mulai gelap. Banyak hal yang dia renungkan saat ini, terutama tentang hidupnya yang terasa sangat sepi. Dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri kenapa hidupnya sampai seperti ini? kenapa dia sampai di cap sebagai seorang yang pendiam? Kenapa sangat sulit baginya untuk memiliki teman? Kenapa sangat sulit untuk mengajak seseorang untuk akrab dengannya? Kenapa kakaknya jauh lebih hebat dalam berbagai hal dibandingkan dia? kenapa kakaknya sangat mudah bergaul sedangkan dia tidak? Siapa yang harus disalahkan atas dirinya saat ini? dan berbagai macam pertanyaan yang hanya menjadi pertanyaan tanpa adanya jawaban.

Dalam posisi masih rebahan, Frieska memandangi pinggiran sungai. Dia sangat ingat waktu kecil dia dan kakaknya sangat sering main di pinggiran sungai sampai lupa waktu yang akhirnya membuat kakaknya itu dihukum. Dia juga ingat saat tenggelam di sungai, kakaknya sampai nangis mengira dia akan mati.

Berada di tempat yang penuh dengan kenangan membuat Frieska merasa sangat nyaman, sakingnya nyamannya dia sampai tertidur di tempat itu, diatas rumput pinggiran sungai.

“Eh, anak manja! mau sampai kapan disini!? Ayo pulang, mama papa nyariin tadi...” tegur Melody saat membangunkan Frieska

Frieska membuka matanya saat ada seseorang yang mengguncang-guncangkan tubuhnya. Dia mengarahkan matanya kepada seseorang yang membangunkannya.

“Kak Melody, udah pagi kak?” ucap Frieska sambil mengucek-ngucek matanya

“Pagi darimana? Ini udah malam tau. Ngapain sih kamu tiduran disini? Kotor tau. Ayo pulang...” ajak Melody sekali lagi

Frieska bangkit dari posisinya dengan sangat malas. Dia mulai berjalan mengikuti kakaknya dari belakang, sama seperti saat dia masih kecil dulu. Dia tidak pernah berjalan di depan kakaknya, dia selalu berjalan dibelakang sama seperti kehidupannya yang sekarang. Sekeras apapun usahanya untuk melampaui kakaknya, kakaknya itu tetap berada didepannya.

“Aduhhh...” teriak Frieska kesakitan saat tergelincir di jalan yang agak licin dikarenakan berjalan sambil melamun

Sama seperti dulu, ketika dia membuat kesalahan orang pertama yang mengomeli dia adalah kakaknya sendiri. Dan... kakaknya jugalah orang pertama yang paling peduli dengannya, buktinya kakaknya itu langsung memeriksa dan memberikan pertolongan pertama pada kakinya yang terkilir akibat terjatuh.     

“Gendong? Emangnya kakak kuat gendong Frieska?” tanya Frieska ragu saat kakaknya menawarkan untuk menggendongnya

“Udah jangan bawel ah, ikutin aja apa kata kakak...” balas Melody meyakinkan adiknya

Pada akhirnya Frieska mengikuti saran kakaknya untuk di gendong, persis seperti saat dia masih kecil dulu. Dalam perjalanan pulang Frieska kembali merenung. Dia sadar badan dia yang sekarang udah mulai berat, namun kakaknya sama sekali tidak mengeluh saat menggendongnya.

“Kak Melody, Frieska mau nanya. Kakak kok mau gendong Frieska? Badan Frieska yang sekarang kan lebih besar dari kakak...” tanya Frieska tiba-tiba

Melody tersenyum mendengar pertanyaan dari Frieska. Di dalam perjalanan pulang Melody mulai bercerita tentang perannya sebagai seorang kakak untuk menjawab pertanyaan dari adiknya itu.

“Kamu kan adik kakak, sudah seharusnya seorang kakak bertanggung jawab pada adiknya. Seorang kakak harus memberikan contoh yang positif untuk adiknya. Oleh sebab itulah selama ini kakak selalu belajar dan juga berlatih keras agar bisa menjadi panutan buat memotivasi kamu untuk lebih maju. Selain itu tujuan kakak adalah agar membuat kamu bangga, bangga punya kakak seperti kakak. Semua yang kakak lakukan selama ini demi kamu, adik kesayangan kakak...” jawab Melody panjang lebar saat menjawab pertanyaan Frieska

Frieska terdiam mendengar jawaban dari kakaknya. Persepsi dia selama ini ternyata salah. Dia selalu berpikir kakaknya sudah tidak sayang lagi padanya, tapi nyatanya kakaknya itu sangat sayang padanya. Dia juga sering berpikir bahwa kakaknya melakukan semuanya hanya untuk pamer kepada orangtuanya dan semua orang disekelilingnya, namun pencapaian sebenarnya dari kakaknya adalah agar Frieska bangga punya kakak hebat yang akan menjadi panutan bagi dirinya.

Frieska mulai memandangi langit malam dengan mata berkaca-kaca,

“Aku terlalu berlebihan menilai buruk kakakku...” sesal Frieska didalam lamunannya

Meskipun saudara kandung bukan berarti memiliki banyak kesamaan, baik itu dari sifat, sikap, bakat, maupun cara bersosialisasi. Didalam sebuah keluarga salah satu anak memiliki kecenderungan pribadi Extovert dan Introvert, ada yang sangat aktif dan ada juga yang sangat pendiam. Namun... ada satu hal yang mungkin akan selalu sama dan tak akan berubah, yaitu kasih sayang yang diberikan oleh kakak kepada adik. Sudah merupakan sifat alami seorang kakak yang akan menyayangi adiknya, berdiri di depan untuk melindungi, menjaga dan menjadi panutan untuk memotivasi adiknya.

No comments:

Post a Comment