Jika kamu berada di posisi adik
dalam sebuah keluarga, suatu saat akan muncul pertanyaan di dalam benakmu, “Apa
yang berbeda diantara kami?”, “Kenapa kakak lebih baik dariku dalam segala hal?”,
“Kenapa kakak aku aktif? Sedangkan aku pendiam?”
dan berbagai macam pertanyaan lainnya yang mungkin akan menghantuimu.
“Frieska?
Kamu dirumah aja malam ini? Inikan malam minggu, nggak jalan kayak kakak kamu?”
tanya mama Frieska yang melihat anaknya sedang asik rebahan di atas sofa ruang
tamu dengan novelnya
Hampir
setiap malam minggu mamanya Frieska memberikan pertanyaan yang sama pada
Frieska, dan jawaban anaknya itu juga hampir sama setiap mamanya bertanya.
“Nggak
ah Ma, mending dirumah aja. Lagian... nggak ada tempat yang asik buat dikunjungi”
jawab Frieska dengan mata yang masih fokus menatap halaman novel yang sedang
dibacanya
Mamanya
Frieska hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap anaknya yang
sangat jarang main keluar. Ketika hari libur sekalipun anaknya itu hanya menghabiskan
waktunya dengan diam dirumah sampai seharian penuh. Berbeda dengan kakaknya
yang lebih sering main keluar bersama dengan teman-temannya.
“Yaudah...
kalo kamu laper pergi aja ke dapur, Mama udah nyiapin makanan kesukaan kamu di
dalam kulkas. Kalo kamu mau jalan, uang jajannya udah mama taruh di meja
belajar kamu” ucap Mamanya Frieska mengingatkan Frieska
Frieska
mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda mengiyakan perkataan mamanya. Setelah
mamanya beranjak pergi, sekarang di ruang tamu itu hanya tersisa dirinya yang
sedang sibuk sendiri dengan aktivitasnya. Sebenarnya Frieska juga sangat ingin
main keluar, tapi dia tidak tahu mau menuju kemana, dan lagi... tidak ada teman
dekat yang bisa dia ajak untuk pergi jalan-jalan.
Kegiatan
Frieska dimalam hari hanyalah melakukan rutinitas mainstream yang biasanya
dilakukan oleh anak rumahan, seperti baca Novel, pantengin Timeline sosmed, nonton
Televisi, bermain game, dengerin musik yang diputer oleh salah satu stasiun
radio.
Dalam dunia sosmed, Frieska sangat jarang sekali memposting kegiatannya. Jeda waktu dia memposting tweet bahkan sampai berminggu-minggu, berbeda dengan teman-temannya yang lain. Di dunia sosmed-pun dia sangat pasif, sama seperti dunia nyatanya. Selain stalking akun teman-temannya, Frieska juga sangat sering stalking akun milik kakaknya.
Dalam dunia sosmed, Frieska sangat jarang sekali memposting kegiatannya. Jeda waktu dia memposting tweet bahkan sampai berminggu-minggu, berbeda dengan teman-temannya yang lain. Di dunia sosmed-pun dia sangat pasif, sama seperti dunia nyatanya. Selain stalking akun teman-temannya, Frieska juga sangat sering stalking akun milik kakaknya.
“Lagi
makan di Mall Fx bareng teman-teman! Bareng teman-teman ya? trus kapan kakak
mau makan sama adiknya diluar? Owhhh... kapan-kapan ya? Oke fine... Frieska
bisa makan sendiri kok dirumah...” gumam Frieska berbicara sendirian saat
membaca tweet milik kakaknya
Frieska
jadi bete sendiri membaca tweet-tweet milik kakaknya. Disaat dia sedang
kesepian sendirian, kakaknya malah asik bersama dengan teman-temannya. Emang
sih kakaknya pernah ngajak dia jalan, tapi Frieska merasa tidak nyaman
berkumpul dengan teman-teman kakaknya yang hampir tidak dia kenali. Dia pengen
jalan, asalkan teman-teman kakaknya itu tidak ikut.
Aktifitas
kakaknya yang paling dibenci oleh Frieska adalah saat kakaknya selfie dengan
orang lain yang lebih muda darinya, juga... dia sangat benci sama orang yang
memanggil kakaknya dengan panggilan “Kak Melody” baginya satu-satunya orang
yang boleh memanggil kakaknya dengan sebutan “Kak Melody” hanya dia seorang.
Hal
lain yang juga dibenci oleh Frieska adalah mengakui hubungan antara dia dan
kakaknya yang semakin lama semakin menjauh. Semakin lama kakaknya itu makin
sibuk, yang membuat waktu dia bersama dengan kakaknya jadi semakin sedikit. Dia
juga sadar diumurnya yang sekarang sudah tidak bisa lagi bermanja-manja seperti
saat dia masih kecil dulu.
***
3 hari kemudian,
Frieska
sekolah di tempat yang sama dengan Melody, kakaknya. Perbedaan usia antara
Melody dan Frieska adalah 3 tahun, saat di SMP Frieska sukses mengikuti program
akselerasi yang membuat dia bisa satu sekolah dengan kakaknya. Namun hasil
jerih payahnya mengejar kakaknya tidak semanis harapan yang pernah dia
bayangkan. Disekolah, kakaknya itu masuk dalam jajaran siswi populer yang
sangat sering mendapatkan pujian dari pihak sekolah atas prestasinya dalam
berbagai bidang seperti musik, olah raga dan juga modelling, bahkan kakaknya
itu sering pergi keluar kota bersama dengan rekan-rekan untuk memgikuti
berbagai kejuaraan.
“Eh
Fries, Sekolah kita menang lagi loh lomba paduan suara di Jakarta. Kakak kamu
emang hebat ya. Nggak nyesel punya temen kayak kamu, adiknya Kak Melody...”
ucap Dhike saat membaca isi mading
Bagaikan
tanpa emosi, apapun yang dimenangkan oleh kakaknya itu tidak ada satupun yang
membuat Frieska bahagia sama sekali. Bahkan Frieska menganggap semakin kakaknya
terkenal, justru semakin membuatnya tak terlihat. Tak terlihat dalam arti
kiasan seperti cahaya yang meredupkan bayangan ketika cahaya itu semakin terang.
“Au
ah... gelap” balas Frieska sambil meninggalkan Dhike yang masih membaca isi
mading
***
Sore
harinya setelah pulang sekolah Frieska berangkat ke salah satu tempat
favoritenya, yaitu ke pinggiran sungai yang ada dikotanya. Saat ini dia sedang
malas berkumpul dengan keluarganya, terutama ketika kakaknya sedang memenangkan
sesuatu. Dia terlalu takut jika orangtuanya akan memandingkan dia dengan
kakaknya.
“Yah...
kok mantulnya cuman 2 kali aja?” keluh Frieska dengan helaan nafas
Frieska
berkali-kali melempar batu kesungai dengan maksud agar batu itu dapat memantul
lebih banyak dan lebih jauh dari biasanya, tapi batu yang dilemparnya paling
banyak hanya 2 kali pantulan.
Lelah
melemparkan batu, Frieska rebahan di atas rumput yang ada di pinggiran sungai. Matanya
memandangi langit sore yang mulai gelap. Banyak hal yang dia renungkan saat
ini, terutama tentang hidupnya yang terasa sangat sepi. Dia bertanya-tanya pada
dirinya sendiri kenapa hidupnya sampai seperti ini? kenapa dia sampai di cap
sebagai seorang yang pendiam? Kenapa sangat sulit baginya untuk memiliki teman?
Kenapa sangat sulit untuk mengajak seseorang untuk akrab dengannya? Kenapa
kakaknya jauh lebih hebat dalam berbagai hal dibandingkan dia? kenapa kakaknya
sangat mudah bergaul sedangkan dia tidak? Siapa yang harus disalahkan atas
dirinya saat ini? dan berbagai macam pertanyaan yang hanya menjadi pertanyaan
tanpa adanya jawaban.
Dalam
posisi masih rebahan, Frieska memandangi pinggiran sungai. Dia sangat ingat
waktu kecil dia dan kakaknya sangat sering main di pinggiran sungai sampai lupa
waktu yang akhirnya membuat kakaknya itu dihukum. Dia juga ingat saat tenggelam
di sungai, kakaknya sampai nangis mengira dia akan mati.
Berada
di tempat yang penuh dengan kenangan membuat Frieska merasa sangat nyaman,
sakingnya nyamannya dia sampai tertidur di tempat itu, diatas rumput pinggiran
sungai.
“Eh,
anak manja! mau sampai kapan disini!? Ayo pulang, mama papa nyariin tadi...”
tegur Melody saat membangunkan Frieska
Frieska
membuka matanya saat ada seseorang yang mengguncang-guncangkan tubuhnya. Dia
mengarahkan matanya kepada seseorang yang membangunkannya.
“Kak
Melody, udah pagi kak?” ucap Frieska sambil mengucek-ngucek matanya
“Pagi
darimana? Ini udah malam tau. Ngapain sih kamu tiduran disini? Kotor tau. Ayo
pulang...” ajak Melody sekali lagi
Frieska
bangkit dari posisinya dengan sangat malas. Dia mulai berjalan mengikuti
kakaknya dari belakang, sama seperti saat dia masih kecil dulu. Dia tidak
pernah berjalan di depan kakaknya, dia selalu berjalan dibelakang sama seperti
kehidupannya yang sekarang. Sekeras apapun usahanya untuk melampaui kakaknya,
kakaknya itu tetap berada didepannya.
“Aduhhh...”
teriak Frieska kesakitan saat tergelincir di jalan yang agak licin dikarenakan berjalan
sambil melamun
Sama
seperti dulu, ketika dia membuat kesalahan orang pertama yang mengomeli dia
adalah kakaknya sendiri. Dan... kakaknya jugalah orang pertama yang paling
peduli dengannya, buktinya kakaknya itu langsung memeriksa dan memberikan
pertolongan pertama pada kakinya yang terkilir akibat terjatuh.
“Gendong?
Emangnya kakak kuat gendong Frieska?” tanya Frieska ragu saat kakaknya menawarkan
untuk menggendongnya
“Udah
jangan bawel ah, ikutin aja apa kata kakak...” balas Melody meyakinkan adiknya
Pada
akhirnya Frieska mengikuti saran kakaknya untuk di gendong, persis seperti saat
dia masih kecil dulu. Dalam perjalanan pulang Frieska kembali merenung. Dia
sadar badan dia yang sekarang udah mulai berat, namun kakaknya sama sekali
tidak mengeluh saat menggendongnya.
“Kak
Melody, Frieska mau nanya. Kakak kok mau gendong Frieska? Badan Frieska yang
sekarang kan lebih besar dari kakak...” tanya Frieska tiba-tiba
Melody
tersenyum mendengar pertanyaan dari Frieska. Di dalam perjalanan pulang Melody
mulai bercerita tentang perannya sebagai seorang kakak untuk menjawab pertanyaan
dari adiknya itu.
“Kamu
kan adik kakak, sudah seharusnya seorang kakak bertanggung jawab pada adiknya. Seorang
kakak harus memberikan contoh yang positif untuk adiknya. Oleh sebab itulah
selama ini kakak selalu belajar dan juga berlatih keras agar bisa menjadi
panutan buat memotivasi kamu untuk lebih maju. Selain itu tujuan kakak adalah agar
membuat kamu bangga, bangga punya kakak seperti kakak. Semua yang kakak lakukan
selama ini demi kamu, adik kesayangan kakak...” jawab Melody panjang lebar saat
menjawab pertanyaan Frieska
Frieska
terdiam mendengar jawaban dari kakaknya. Persepsi dia selama ini ternyata
salah. Dia selalu berpikir kakaknya sudah tidak sayang lagi padanya, tapi
nyatanya kakaknya itu sangat sayang padanya. Dia juga sering berpikir bahwa
kakaknya melakukan semuanya hanya untuk pamer kepada orangtuanya dan semua
orang disekelilingnya, namun pencapaian sebenarnya dari kakaknya adalah agar
Frieska bangga punya kakak hebat yang akan menjadi panutan bagi dirinya.
Frieska
mulai memandangi langit malam dengan mata berkaca-kaca,
“Aku
terlalu berlebihan menilai buruk kakakku...” sesal Frieska didalam lamunannya
Meskipun saudara kandung bukan
berarti memiliki banyak kesamaan, baik itu dari sifat, sikap, bakat, maupun
cara bersosialisasi. Didalam sebuah keluarga salah satu anak memiliki
kecenderungan pribadi Extovert dan Introvert, ada yang sangat aktif dan ada
juga yang sangat pendiam. Namun... ada satu hal yang mungkin akan selalu sama
dan tak akan berubah, yaitu kasih sayang yang diberikan oleh kakak kepada adik.
Sudah merupakan sifat alami seorang kakak yang akan menyayangi adiknya, berdiri
di depan untuk melindungi, menjaga dan menjadi panutan untuk memotivasi adiknya.
No comments:
Post a Comment