Malam
hari kini berganti menjadi pagi, sang mentari mulai menyapa sang bumi dengan
sinarnya yang hangat untuk menggantikan peran sang rembulan. Makhluk bumi
satu-persatu mulai terbangun dari tidurnya yang lelap, untuk kembali memulai
rutinitas mereka seperti hari-hari biasanya.
Di pagi yang
cukup cerah ini, Naomi duduk manis di ruang makan keluarga sambil menunggu
adiknya keluar dari kamarnya. Dihadapannya sekarang telah dipenuhi oleh makanan
yang biasanya dia buat di tiap harinya yang dia persembahkan khusus untuk
adiknya.
Beberapa menit
kemudian terlihat Sinka yang baru saja keluar dari kamarnya, dia sudah dalam
keadaan sangat rapi pertanda dia telah siap berangkat ke kampusnya untuk melaksanakan
rutinitas kuliahnya seperti hari-hari biasanya.
“Sinka, Sarapan dulu
yuk....” ucap Naomi memanggil Sinka dari ruang makan
Namun...
Jangankan menjawab, menoleh sedikitpun tidak dilakukan oleh Sinka pada saat
kakaknya itu mengajaknya untuk sarapan. Sinka berlalu pergi tanpa ada sepatah
katapun yang keluar dari mulutnya, dia meninggalkan Naomi sendirian dirumah
begitu saja.
Naomi hanya bisa
terdiam dengan beberapa helaan nafas. Dia tidak terlalu kaget dengan perlakuan
adiknya yang seolah tak acuh padanya. Sifat Sinka berubah pasca kecelakaan yang
menimpa keluarganya seminggu yang lalu. Naomi beranggapan adiknya itu
menyalahkannya atas kepergian kedua orangtuanya, makanya Sinka begitu dingin
padanya bahkan tidak menghiraukannya. Naomi sendiripun sering menyalahkan
dirinya sendiri, seandainya dia tidak mengajak kedua orangtuanya pada saat itu
mungkin orangtunya masih hidup sampai sekarang.
***
Siang
hari, ruang makan.
Pagi telah
berlalu beberapa jam yang lalu, kini pagi digantikan oleh siang yang cukup
terik. Dirumah, Naomi kembali menunggu adiknya pulang. Di hadapannya sekarang
bukan hanya makan siang yang tersaji, melainkan juga disertai dengan beberapa
es krim kesukaan adiknya yang dia letakkan di dalam mangkuk besar.
Menit demi menit
berlalu. Naomi memandangi jam dinding berkali-kali, dia sangat yakin adiknya
biasanya pulang jam 2 siang tapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda adiknya
itu pulang. Menit telah berubah menjadi jam, Es krim yang tersaji di atas meja
mulai mencair menjadi bentuk bubur yang membuat orang enggan untuk memakannya.
***
Malam
hari,
Tak terasa
perubahan waktu begitu cepat berlalu, yang tadinya siang sekarang tau-taunya
telah berubah menjadi malam yang gelap. Naomi masih berada di meja ruang makan
dalam keadaan tertidur karena kelelahan menunggu adiknya pulang.
*krekk...
Naomi yang
tertidur di meja makan terbangun saat mendengar suara pintu terbuka. Dia segera
pergi dari ruang makan untuk memeriksa siapa yang membuka pintu.
“Sinka!!! Kenapa
kamu pulang jam segini dek!? Ini udah malam banget!!” tegur Naomi pada Sinka
yang sedang mengunci pintu rumahnya
Sinka melewati
Naomi begitu saja,
*prank...
“Berisik!!
Berisik!! Berisik!!” teriak Sinka yang menjatuhkan segala macam benda yang ada
di atas meja yang berada dalam jangkauannya
Naomi terdiam
melihat kelakukan adiknya, saat dia mau menyusul adiknya namun adiknya itu
lebih dulu memasuki kamarnya dan mengunci pintunya dari dalam. Dari dalam kamar
terdengar suara barang-barang yang dibantingkan secara sengaja oleh Sinka.
“Sinka!! Kamu
nggak boleh kayak gini!!” teriak Naomi dari luar kamar Sinka
“Semuanya
jahat!! Semuanya ninggalin Sinka sendiri!! kalian semua jahat!!” teriak Sinka
dalam kamarnya disertai dengan suara benturan benda-benda ke lantai maupun
dinding kamar
“Sinka!! Nggak ada
yang ninggalin kamu dek!! masih ada kakak disini yang jagain kamu!!” sahut
Naomi yang mencoba menenangkan adiknya dari luar kamar
“Berisik...
berisik.. berisik” ucap Sinka dengan teriakan yang semakin lama semakin berubah
menjadi isak tangis
Naomi
menyandarkan tubuhnya pada dinding kamar Sinka. Bulir-bulir air matanya mulai
mengalir diantara pipinya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghilangkan
depresi yang dialami oleh adiknya pada saat ini. Dia hanya bisa berdo’a agar
adiknya itu bisa memaafkannya.
***
Hari demi hari
berlalu sama seperti biasanya, di tiap pagi Naomi menunggu adiknya sarapan
bersama dengannya, siang hari menunggu adiknya pulang, dan malam hari menunggu
adiknya makan malam bersamanya. Namun sikap Sinka tidak berubah sama sekali
padanya. Sinka benar-benar seperti tidak pernah menganggap Naomi ada dirumah
itu.
Tanggal
4 Juli 2014 (2 minggu kemudian)
Tanggal 4 Juli
merupakan hari ulang tahun Sinka. Di ruang makan telah tersaji kue ulang tahun
lengkap dengan beberapa kado yang menghiasi meja. Sama seperti hari-hari
sebelumnya, Naomi menunggu adiknya pulang sampai ketiduran. Ketika dia
terbangun, dia mendapati Sinka yang sudah duduk dimeja makan dengan posisi menghadap
kue ulang tahun dengan lilin-lilin yang telah menyala.
Sinka
menundukkan kepalanya, pertanda dia mulai berdo’a pada perayaan ulang tahunnya.
Karena tidak ada tamu, dia terang-terangan mengucapkan do’anya,
“Harapan Sinka
di hari ulang tahun Sinka hari ini cuman satu. Semoga papa, mama dan kak Sinka
tenang di dunia sana. Sinka sangat sayang kalian, Sinka janji tidak akan jadi
anak yang manja lagi...” ucap Sinka dengan air mata yang membanjiri matanya
Naomi yang
mendengar do’a Sinka sangat terkejut dengan kata-kata Sinka,
“Sinka! Kakak masih
hidup! kenapa kamu bilang kayak gitu? kakak masih ada disini! Kamu nggak
menganggap kakak ada!!” tegur Naomi dengan nada meninggi karena dia merasa
adiknya sudah sangat keterlaluan sampai menganggapnya telah tiada
Sinka tidak
menjawab pertanyaan dari kakaknya, dia mulai menangis sejadi-jadinya setelah meniup
lilin. Sinka membuka isi kado yang sampulnya sudah berada dalam keadaan robek,
bahkan boneka yang ada didalamnya sudah tidak utuh lagi.
“Ini semua salah
Sinka, seandainya waktu itu Sinka tidak banyak meminta yang macam-macam...
semuanya tidak akan terjadi seperti ini” ucap Sinka memeluk Boneka panda yang
sudah rusak setengahnya
Naomi kaget
dengan kado yang dibuka Sinka. Dia sangat yakin boneka itu adalah boneka yang
dia beli, tapi kenapa dalam keadaan rusak? Naomi mulai memperhatikan benda-benda
yang ada diatas meja, dia baru sadar kado-kado yang ada disana dalam keadaan
rusak semuanya.
Hal yang sangat
mengejutkan Naomi yaitu saat membaca koran yang terpampang dia atas meja. Koran
itu berisi tentang berita kecelakaan yang terjadi 2 minggu yang lalu. Korban
kecelakaan berjumlah 3 orang, salah satunya memuat nama Naomi.
“Nggak... ini
nggak mungkin!!! ini nggak mungkin!!!” teriak Naomi tidak percaya dengan berita
yang dia baca
Naomi terduduk
lemas tak berdaya. Tiba-tiba ingatannya yang samar-samar telah kembali. 2
Minggu yang lalu dia dan orangtuanya pergi keluar kota untuk membeli
barang-barang yang akan dijadikan kado ulang tahun Sinka. Dalam perjalanan
pulang mobil yang ditumpangi dia dan keluarganya mengalami kecelakaan beruntun
di jalan raya. Bukan hanya kedua orangtuanya, tapi dia juga jadi korban dalam
kecelakaan itu.
Ternyata selama
ini yang membuat sarapan, makan siang, maupun makan malam bukanlah Naomi,
melainkan Sinka sendiri. Sinka-lah yang membuat semuanya seakan-akan makanan
itu dibuatkan oleh kakaknya. Sinka tidak pernah bicara dengan kakaknya,
melainkan dia bicara sendiri untuk melampiaskan emosinya.
Saat mengingat
semuanya tubuh Naomi mulai mengeluarkan cahaya, bagian-bagian tubuhnya mulai
berubah menjadi partikel-partikel debu yang beterbangan.
“Ya, aku baru
ingat. Dulu aku berjanji akan hadir pada saat ulang tahun Sinka. Selamat ulang
tahun adikku... selamat ulang tahun sayang...” ucap Naomi yang perlahan mulai menghilang
***
Sebulan
kemudian,
Sinka sudah
menghentikan rutinitas yang biasanya dia lakukan di tiap harinya, dia sadar apa
yang dia lakukan hanya akan membuatnya terlarut dalam kesedihan yang semakin
dalam. Dia tidak ingin membuang-buang uang asuransi yang ditinggalkan oleh
keluarganya. Dia bertekad untuk menjadi pribadi yang mandiri dan tidak manja
lagi dengan cara belajar dengan sangat giat dan rajin untuk meraih cita-cita
yang diimpikan oleh keluarganya.
“Sinka akan terus
hidup, demi kalian...” ucap Sinka memandangi langit senja dari jendela rumahnya
sambil memeluk boneka Panda yang kembali utuh meskipun dengan banyak jahitan
Baca Juga....
Naomi x Sinka : Talk To You
No comments:
Post a Comment