Laman

Monday, September 29, 2014

Finding Life Part 4 : Flower, Promise, Ego


Apa arti janji bagi kalian? Apakah sesuatu yang harus ditepati dan dipertahankan sampai akhir?

Malam hari, di dalam kamar rumah Veranda.

"Yah mama... kenapa harus Veranda yang nyari sih?" rengek Veranda pada mamanya

"Udah, jangan bawel kayak gitu. Ini kan demi kebaikan kamu dan adik kamu juga. Adik kamu kan lagi kesel sama kamu. Nah, jadi ini cara agar kamu bisa baikan sama dia. Sebagai kakak kamu harus ngalah sama adik kamu...” jelas mamanya Veranda meyakinkan Veranda

Veranda merenung sejenak,

"Iya deh... besok setelah pulang sekolah Veranda nyarinya" ucap Veranda dengan nada agak berat

"Nah gitu dong, ini alamatnya jangan sampai hilang ya..." lanjut mamanya Veranda menyerahkan secarik kertas yang berisikan alamat yang harus dituju oleh Veranda

Beberapa jam yang lalu, tepatnya siang hari setelah pulang sekolah saat makan siang bersama. Waktu itu Veranda berantem dengan adik perempuannya, Shania. Adiknya kesal karena Veranda biasa saja dengan prakarya yang sudah dibuat susah payah oleh adiknya itu.  Saking kesalnya, adiknya sampai mengacak-ngacak makanan yang ada diatas meja makan.

***

Keesokan harinya,

Sesuai dengan janjinya Veranda mulai mencari apa yang diminta oleh mamanya, yaitu mencari kumpulan bunga mawar yang akan digunakan sebagai dekorasi ruangan pada saat perayaan ulang tahun adiknya minggu depan.

Veranda mencari toko bunga yang ada dikotanya dengan mengandalkan jasa transportasi Bus kota. Sebenarnya orang seperti dia bisa saja menggunakan jasa Taxi ber-AC untuk berkeliling kota. Akan tetapi... Veranda malah lebih memilih Bus Kota daripada Taxi,  karena dia ingin merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan oleh orang lain kebanyakan.

"Uhh... Capek juga ya? Udah 3 kali ganti Bus tetap aja nggak ketemu toko bunganya" keluh Veranda sambil menyapu keringat  dengan tangannya

"Kalo sekali lagi nggak ketemu, bye aja deh..." pasrah Veranda sambil membuka buku catatannya

Buku catatannya itu berisikan alamat toko bunga yang dia tuju. Sekarang buku catatannya penuh dengan banyak coretan - coretan. Beberapa orang yang dia tanya malah memberikan info yang salah, bukannya terbantu dia malah kesasar sampai harus bolak balik ganti Bus kota.

***

Tak lama kemudian Veranda akhirnya menemukan toko bunga yang dia cari. Dari depan, toko bunga itu begitu indah. Bunga-bunga yang ada di dalam toko terlihat sangat jelas dari luar, karena dinding dan atapnya terbuat dari kaca.

Veranda mulai masuk kedalam toko bunga itu. Saat berada di dalam, dia disambut oleh seseorang yang wajahnya sangat dikenal Veranda.

"Loh, kamu Sasha kan?  temen satu angkatan aku kan? Dari kelas 11 IPA1?" tanya Veranda bertubi-tubi pada seseorang yang sedang berdiri menyambutnya dengan mengenakan tongkat penyangga

"Iya, aku orang yang kamu maksud. Hmm.. Kalo gitu silakan masuk dulu" ajak perempuan itu pada Veranda

Sasha mengajak Veranda menuju tempat duduk yang ada di dalam toko bunga itu. Dari belakang Veranda memperhatikan kondisi tubuh teman satu angkatannya itu. Dia... sudah tidak memiliki kaki kanannya, dia berjalan tertatih dengan ditumpu oleh 2 tongkat penyangga. Dari cara dia berjalan, sangat jelas dia kesulitan memakai tongkat penyangga itu.

"Mungkin kita tidak terlalu dekat, tapi... Aku minta kamu buat ngerahasiain tentang apa yang kamu lihat saat ini, yang telah terjadi padaku. Tolong rahasiain semua ini dari orang-orang, terutama teman-teman sekolah kita..." pinta Sasha agak memelas pada Veranda

"Maksud kamu apa? Aku nggak ngerti deh. Tujuan aku kesini buat beli bunga untuk adik aku. Aku sama sekali tidak tahu kalo kamu yang jadi penjual bunga di tempat ini. Dan... Buat apa dirahasiain segala?" tanya Veranda bingung

Tiba-tiba saja ekspresi raut wajah Sasha berubah menjadi sedih,

"Sebenarnya aku tidak masalah dengan keadaan aku yang sekarang. Akan tetapi... Jika mereka tahu keadaan aku saat ini. Mereka.... akan melakukan hal yang merepotkan untuk aku. Aku bukan tipe orang yang suka nyusahin orang lain. Aku tidak ingin mereka kerepotan dengan keadaan aku yang sekarang...." ucap Sasha murung

Sasha bercerita panjang lebar  pada Veranda. Sebulan yang lalu dia dan keluarganya mengalami kecelakaan saat mau kembali ke kota.  Kedua orangtuanya telah meninggal dunia saat di larikan ke rumah sakit. Adiknya masih bisa bertahan, tapi harus dirawat di rumah sakit sampai sekarang.  Sedangkan dia sendiri sudah sembuh, akan tetapi dia kehilangan kaki kanannya. Kaki kanannya terpaksa diamputasi karena kakinya itu sudah tidak mungkin bisa disembuhkan lagi secara medis.

Biaya yang dia gunakan selama ini untuk berobat dia dan adiknya didapat dari menjual rumahnya. Saat ini Sasha tinggal di toko bunga warisan orangtuanya. Dia tidak bisa  ke sekolah, karena harus menjaga toko bunga untuk biaya rawat inap adiknya yang sekarang masih tinggal dirumah sakit.

30 menit Sasha bercerita panjang lebar pada Veranda. Veranda terdiam, dia melamun membayangkan betapa beratnya hidup Sasha karena masalah ini.

"Oh iya, tadi kamu mau beli bunga buat adikmu kan? Bunga apa?" Tanya Sasha membuyarkan lamunan Veranda

"Hmm, itu... Bunga mawar, mama bilang adik aku sukanya bunga mawar" Jawab Veranda dengan nada rendah

"Bunga mawar ya? Kayaknya masih ada deh, ayo ikut aku Ve" ajak Sasha sambil bangkit dari tempat duduknya

..... Air mata Veranda tiba-tiba mengalir begitu saja tanpa diberi aba-aba, tepat saat Sasha jatuh ketika mengambil pot bunga Mawar.  Pot bunganya pecah, lengannya jadi lecet akibat terjatuh. Veranda langsung membantu Sasha tanpa pernah menanyakan pertanyaan seperti "kamu baik-baik saja?" karena pertanyaan itu sungguh sangat tidak tepat ditanyakan kepada seseorang yang sedang kena musibah.

"Loh? Kok kamu nangis sih Ve? Ada ada aja kamu... Yang jatuh itu aku loh, bukan kamu..." ucap Sasha dengan nada canda

"Aku khawatir sama kamu..." jawab Veranda yang menutupi lengan Sasha yang lecet dengan sapu tangan miliknya

Ekspresi raut wajah Sasha berubah,

"Kamu jangan nangis gitu dong, aku jadi sedih liat orang yang nangis gara-gara aku. Aku nggak apa-apa kok, udah sering kayak gini. Jangan nangis lagi dong..." ucap Sasha sambil mengusap air mata Veranda.

Veranda jadi malu kepada Sasha. Harusnya dia yang membuat Sasha untuk menjadi lebih tegar dalam menjalani hidupnya, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Sasha yang menenangkan Veranda agar tidak khawatir berlebihan padanya.

"Yah... Bunganya malah rusak kayak gini. Padahal ini bunga terakhir..." potong Sasha memungut bunga mawar yang berserakan di lantai

"Nggak apa-apa kok. Aku hari ini cuman disuruh survey lokasi aja. Aku perlu bunganya Minggu depan. Udah, sini biar aku yang beresin..." lanjut Veranda memungut pecahan pot bunga yang ada di lantai

Waktu memang sangat cepat berlalu. Disaat Veranda ingin berlama-lama di toko bunga milik sasha, Mentari sudah terlanjur membenamkan dirinya. Memberikan kode pada Veranda agar segera pulang kerumahnya.

***

Rumah Veranda, Senja hari.

Saat melewati ruang tamu, mamanya Veranda menegur Veranda yang pulang dengan baju yang cukup kotor,

"Ya ampun Ve... Kamu darimana aja? Baju kamu kok kotor gitu? Tegur mamanya yang sedang duduk di sofa ruang tamu

"Veranda kan nyari bunga ma... Tadi bajunya kena tanah gitu" jawab Veranda seadanya

"Kamu udah gede loh Ve, masa kamu ceroboh kayak gitu? Cepat mandi sana..." perintah mamanya Veranda pada Veranda

Tanpa memberikan jawaban, Veranda melanjutkan langkah kakinya menuju kamarnya.


Kamar Veranda, malam hari.

Veranda membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur empuk miliknya. Dia sedang mengingat semua tentang Sasha, temannya yang dulu pernah sekelas dengannya ketika berada pada kelas 10 semester pertama. Waktu itu Sasha terkenal sangat humoris karena selalu membuat orang lain tersenyum dan tertawa.

Setelah pergantian semseter, dia dan Sasha tidak pernah sekelas lagi sampai saat ini. Kabar terakhir tentang Sasha yang didengar olehnya yaitu tentang Sasha yang sudah tidak masuk selama 1 bulan lebih.

"Kenapa harus dirahasiakan segala sih? Bukannya itu malah bikin buruk keadaan kamu sha? Dan... kenapa aku malah nurutin janji yang kamu buat?" gumam Veranda

***

Di sekolah Veranda, Jam istirahat.

Saat Veranda makan siang di kantin sekolahnya. Dia mendengar percakapan siswa dan siswi yang berada di belakangnya. Mereka adalah teman sekelasnya Sasha. Percakapan yang dia dengar yaitu tentang kabar Sasha yang akan dikeluarkan dari sekolah karena terlalu lama tidak masuk.

Veranda sangat ingin memberitahukan semuanya kepada teman-teman sekelas Sasha, tapi dia sudah berjanji untuk tidak membocorkan rahasia tentang keadaan Sasha.

Veranda tertunduk lemas. Nafsu makannya mulai menghilang ketika dia mengingat Sasha, dia memikirkan apakah Sasha pada saat ini sedang makan juga? Ataukah dia sedang menahan laparnya? Mengurangi makannya untuk menghemat kebutuhan sehari-hari dia dan adiknya?

***

Bel sekolah telah berbunyi beberapa jam yang lalu. Veranda tidak langsung pulang, dia mengambil jalan yang berlawanan dari arah rumahnya. Yup, dia kembali ke toko bunga milik Sasha. Sebelum dia pergi kesana, dia terlebih dahulu mengunjungi ATM terdekat untuk mengambil sejumlah uang tunai.

"Maaf Veranda, bukannya aku nolak. Aku tau uang itu sangat cukup untuk biaya perawatan adik aku. Tapi... Aku sudah terikat janji kepada almarhum kedua orangtuaku. Aku sudah berjanji untuk tidak merepotkan orang lain. Aku sudah diberi janji untuk tidak pernah meminta-minta pada siapapun dan dalam keadaan apapun. Maafkan aku Ve..." Ucap Sasha saat Veranda memberikan sekumpulan uang padanya

Veranda memasukkan kembali uang yang dia bawa kedalam tasnya. Dia mulai mengerti, tidak semua orang senang diberi uang secara cuma-cuma. Mereka lebih memilih mendapatkan uang dengan usaha keras mereka sendiri, bukan dengan jalan minta-minta, mengharapkan orang lain berbelas kasih kepadanya.


***

Keesokan harinya Veranda kembali datang ke toko bunga Sasha. Kali ini dia membawa kabar gembira untuk Sasha. Malam tadi dia sudah berkonsultasi dengan papanya, dan papanya bersedia membantu anak kesayangannya itu untuk menolong Sasha.

"Ini daftar perusahaan yang memerlukan bunga segar tiap harinya. Aku udah konfirmasi sama pimpinan mereka tadi malam. Dan... Mulai besok mereka akan berlangganan bunga pada toko bunga kamu..." tutur Veranda dengan semangat

Papanya Veranda merupakan orang yang cukup disegani oleh para pengusaha yang ada di kotanya. Dengan membawa-bawa nama papanya, pimpinan beberapa perusahaan menerima saran dari Veranda untuk menjadi pelanggan dari toko bunga Sasha. Mereka akan memerlukan bunga segar untuk perusahaan mereka tiap harinya.

"Ini serius Ve?" Tanya Sasha yang masih belum bisa percaya

Veranda tersenyum dan mengangguk,

"Iya, Serius. Setelah kejadian kemaren. Aku pikir aku bisa membantu kamu dengan cara yang lebih baik  daripada sekedar memberikan uang secara cuma-cuma" lanjut Veranda

"Makasih ya Ve... Kamu baik banget sama aku..." balas Sasha dengan air mata yang mengalir pertanda dia terharu dengan bantuan yang diberikan temannya itu

***

Beberapa menit kemudian Veranda mulai merasa gelisah, terutama saat bel toko berbunyi pertanda ada pengunjung yang datang.

Dia... telah bercerita kepada beberapa teman sekelas Sasha tentang keadaan Sasha yang sebenarnya. Teman-temannya jelas menjadi sangat khawatir dengan keadaan Sasha, yang sudah tidak ada kabar selama 1 bulan lebih.

Saat Sasha membuka pintu toko, dia sangat terkejut dengan kedatangan teman-teman sekelasnya. Begitu juga dengan teman-temannya Sasha, mereka juga terkejut dengan keadaan Sasha yang sangat memprihatinkan. Mereka langsung memeluk Sasha, mereka menceritakan kepada Sasha tentang kekhawatiran mereka pada Sasha yang telah menghilang dari kehidupan sehari-hari mereka.

Hal bahagia yang dilihat oleh Veranda ketika teman-teman sekelas Sasha datang, yaitu saat mereka berkata pada Sasha akan menjadi pengganti kaki kanan Sasha yang sudah hilang. Atas nama persahabatan, mereka memilih untuk ikut menanggung beban yang dialami oleh Sasha. Sasha merangkul teman-teman sekelasnya yang begitu peduli dengannya, dia menangis haru begitu juga dengan teman-temannya.

Saat Sasha dan teman-temannya sedang berkumpul bersama, Veranda diam-diam meninggalkan toko bunga Sasha. Dia merasa tidak enak pada Sasha karena dia sudah mengingkari janjinya pada Sasha. Dia membocorkan rahasia tentang Sasha secara diam-diam pada teman-teman sekelasnya Sasha.

***

Sejak hari itu, toko bunga milik Sasha mendaptkan banyak permintaan bunga segar tiap harinya. Pengunjung toko bunganya juga mulai banyak. Teman-teman sekelasnya juga sering datang untuk membantu Sasha. Akan tetapi.... Veranda tidak pernah lagi terlihat mengunjungi toko bunga milik Sasha.

Sasha sering menunggu kehadiran Veranda di depan toko bunganya, namun yang datang bukanlah Veranda melainkan pengunjung toko bunganya.

Saat memetik bunga mawar, Sasha jadi teringat tentang ulang tahun adiknya Veranda yang akan dilangsukan pada hari itu juga.

"Temen-temen... Aku mau minta bantuan kalian..." pinta Sasha pada teman-temannya


***

Di salah satu Mall, sore Hari.

Veranda tidak langsung pulang kerumahnya. Seharian ini dia berkeliling mencari barang yang akan dia berikan pada adiknya yang sedang berulang tahun.

"Yah... Kalo nggak dapet kena amuk lagi nih" keluh Veranda dengan helaan nafas panjang

***

Rumah Veranda, sore hari.

Veranda pulang kerumahnya. Dia membawa beberapa boneka di dalam tasnya untuk diberikan kepada Shania, adiknya.

"Kak Ve...." seru Shania yang tiba-tiba datang dan langsung memeluk kakaknya

"Makasih ya kak bunga-bunganya dan.... Maafin Shania yang selama ini suka kesel sama kakak. Ternyata kakak sangat sayang sama Shania, makasih ya kak..." sambung Shania sambil mencium pipi kakaknya itu

Veranda mengalihkan pandangannya pada kumpulan bunga-bunga mawar yang terpajang dengan indah di dalam rumahnya. Dia tahu siapa orang yang telah mengirimkan bunga itu padanya. Veranda tersenyum, sambil mengelus kepala adiknya dengan lembut.

Menepati janji merupakan hal yang sangat wajib untuk dilakukan. Tapi.... akan ada saat dimana kita harus mengingkari janji kita kepada seseorang, dengan syarat semua itu benar-benar demi kebaikannya, untuk merubah keadaan yang sangat buruk menjadi keadaan yang lebih baik.

Tiap orang memiliki ego yang bermacam-macam, ada orang yang mengatakan dia bisa berdiri sendiri tanpa dibantu orang lain. Kenyataannya... Orang seperti itu adalah orang yang sangat memerlukan bantuan orang lain untuk bisa berdiri.

Jika seseorang yang memerlukan bantuan menolak dibantu, pastikan ada cara lain yang bisa dilakukan oleh kita untuk bisa membantunya. Kita tidak perlu meminta izin ketika menolong orang lain, karena setiap manusia pada dasarnya akan selalu memerlukan bantuan orang lain. Ketika kita menolong orang lain, kita akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan perbuatan baik yang telah kita lakukan.

Bersambung....

No comments:

Post a Comment