Untuk
mencapai puncak pegunungan ada beberapa cara yang bisa dilakukan seperti mendaki
tanpa henti, mendaki dengan sesekali istirahat, sampai mendaki dengan
berkali-kali istirahat. Tujuan akhirnya memang sama namun dalam proses
perjalanannya berbeda, begitu juga dengan hasil akhir yang akan didapat.
Kelas
XI IPA B, siang hari.
Bagi kebanyakan
pelajar hal yang paling horror selain dipanggil ke ruangan kepala sekolah yaitu
mendapatkan nilai ulangan dengan hasil dibawah rata-rata nilai standar yang
telah ditetapkan. Begitu juga dengan yang terjadi pada anak-anak kelas XI IPA B
yang saat ini dibagikan hasil ulangan kimia.
“Eh Des, kamu
dapat berapa?” tanya Sisca yang baru saja kembali ke bangkunya setelah
mengambil hasil ulangan yang dibagikan didepan kelas
“Ya begitulah,
remedial lagi nih...” jawab Desy dengan muka agak masam memamerkan nilai
ulangannya dengan hasil nilai 71 poin
Tak banyak
pelajar di kelas XI IPA B yang berhasil mendapatkan nilai sempurna. Kebanyakan
dari mereka malah mengeluh, menyalahkan soal-soal ulangan yang dirasa oleh
mereka terlalu sulit hingga mereka mendapatkan nilai dibawah rata-rata.
Diantara mereka, yang berhasil mendapatkan nilai diatas 90 hanyalah 3 orang
yaitu Shani, Aurel dan Grace.
“BTW, Grace itu
manusia bukan sih? kerjaannya main doang, pas ulangan nilainya yang paling
tinggi sendiri” ketus Michelle sewot saat mengetahui nilai ulangan Kimia Grace dengan nilai yang paling tinggi dikelasnya
“Iya. Rasanya
gak adil banget ya. Kalo Shani sama Aurel okelah, mereka emang anak rajin dari
zaman masih SD. Lah ini Grace? Dia dapat nilai 98 poin sendiri, diatas Shani
dan Aurel malahan” sambung Andela yang setuju dengan pernyataan Michelle
Diantara teman-temannya
yang lain, Grace di cap sebagai anak yang berbakat dikelasnya bahkan di
sekolahnya. Tanpa perlu banyak belajar, dia selalu berhasil menjawab semua
soal-soal ulangan dengan hasil yang hampir sempurna. Bagi orang yang pertama
kali kenal dia, terutama para guru pasti tidak percaya dan akan mencurigai
kenapa Grace bisa mendapatkan nilai yang tinggi? Padahal dia termasuk anak yang
lebih suka main ketimbang belajar. Grace sangat sering dipanggil oleh guru-guru
untuk mengerjakan ulangan ulang di depan mereka hanya karena mereka ragu dengan
keaslian jawaban Grace. Namun, hasilnya tetap sama dengan jawaban yang
dikerjakan oleh Grace sebelumnya. Dia dapat membuktikan bahwa jawabannya
bukanlah dari hasil kecurangan.
***
Perpustakaan
sekolah, siang hari.
Akhir-akhir ini
Desy, Sisca, Michelle dan Andela sangat sering pergi ke perpustakaan untuk belajar.
Mereka mengikuti rutinitas yang biasanya dilakukan oleh Shani dan Aurel yang
selalu menghabiskan waktunya di dalam perpustakaan saat jam istirahat
berlangsung. 3 minggu lagi sekolah mereka akan mengadakan ulangan akhir
semester, oleh sebab itulah kebanyakan dari mereka sudah mulai mempersiapkan
diri sejak awal agar bisa sukses menjawab soal-soal ulangan semester.
“Uhh, capek!
Laper.... Aku mau makan dulu aja!” seru Michelle menutup buku mata pelajaran
yang ada dihadapannya
Selain Michelle,
3 temannya yang ikut-ikutan rutinitas yang biasa dilakukan oleh Shani dan Aurel
mulai menyerah perlahan-lahan. Bagi mereka gaya belajar Shani dan Aurel terlalu
ekstrim jika diikuti, setelah bel istirahat berbunyi langsung pergi ke
perpustakaan untuk belajar dan... itu rutin setiap hari dilakukan.
“Lah? Kalian kok
mau kabur? Gimana belajarnya?” tegur Shani saat teman-temannya mulai merapikan
buku-buku dimeja mereka
“Pegel tau, dari
kemaren cuman ngumpet di perpustakaan buat belajar. Kami cabut dulu ya bray!
dahh!” balas Desy disertai dengan ucapan pamit pada 2 temannya yang masih stay
di perpustakaan
***
Kamar
Aurel, Malam hari.
1 Minggu sebelum
ulangan akhir semester dilaksanakan, Shani yang meruapakan anak yang rajin
dikelasnya pada akhirnya jatuh sakit karena memaksakan diri untuk terus belajar.
Shani didiagnosa mengalami sakit lambung, dikarenakan dia sangat sering menunda
makan bahkan sampai berkali-kali lupa makan.
“Capek ah belajar,
hasilnya juga sama aja nanti. Hasil nilainya pasti lebih tinggi dari Grace.
Kalaupun dipaksakan buat belajar, nanti bakalan sakit kayak Shani” gerutu Aurel
menutup buku-buku yang ada diatas mejanya
Aurel merupakan
anak yang rajin sama seperti halnya Shani. Mereka saling bersaing kejar
mengejar peringkat 1 dan 2 sejak masih SD sampai SMP. Saat masuk SMA, mereka
tidak pernah lagi mendapatkan peringkat pertama dikarenakan mereka harus
bersaing dengan Grace yang selalu menempati peringkat pertama sejak semester
pertama SMA.
Saat ini Aurel
tergoda untuk bermalas-malasan, takut mengalami apa yang terjadi pada Shani dan
dia mulai menyerah untuk melampaui Grace. Aurel yang tidak belajar mulai
membuat pesawat kertas dari kumpulan kertas HVS yang biasa dia gunakan untuk
coret-coret soal matematika maupun Fisika. Dia mulai menerbangkan
pesawat-pesawat kertas kesembarang arah di dalam kamarnya. Salah satu pesawat
kertasnya terbang cukup tinggi melewati bingkai foto yang terpajang di dinding
kamar.
Sesaat Aurel
terdiam saat pandangan matanya beralih pada bingkai-bingkai foto yang terpasang
di dinding kamarnya. Dia memandangi foto-foto itu penuh dengan arti, dia mulai
menundukkan kepalanya pertanda malu dengan apa yang telah dia kerjakan saat ini.
“Ya ampun.
Kenapa aku jadi memanjakan perasaan aku sih? satu jam lagi ah belajarnya...” ucap
Aurel menuju meja belajarnya untuk kembali menyambung belajarnya yang
sebelumnya tertunda
***
Rumah
Sisca, Malam Hari.
Dilain tempat
namun diwaktu yang sama, ada Sisca yang sedang duduk bersama mamanya di ruang
tamu. Dia mulai menceritakan tentang apa yang terjadi dikelasnya, dari anak
yang lebih sering main tapi dapat nilai tinggi, anak yang belajarnya terlalu
berlebihan pada akhirnya sakit, sampai dia yang juga udah belajar susah payah
namun hasilnya tetap sama dengan nilai diatas standar.
“Ma, kok Sisca
dapat nilai standar mulu sih? padahal Sisca kan udah belajar” curhat Sisca pada
mamanya yang ada disampingnya
“Mungkin kamunya
yang kurang berusaha. Mama sering lihat kamu belajarnya nggak sampai satu jam,
habis itu malah main Hp, nonton Tv, terus tiduran...” sahut mama Sisca mencoba menjawab
pertanyaan dari putrinya
“Tapi Grace yang
kerjaannya main mulu malah dapat nilai yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari
anak-anak yang paling rajin dikelas. Jadi malas belajar kalo hasilnya sama, nggak
bisa ngalahin dia juga” balas Sisca membela diri atas kebiasaannya yang telah
diketahui mamanya
“Kenapa kamu
malah membandingkan diri kamu dengan orang lain? Jangan pernah menjadikan orang lain sebagai alasan
untuk tidak belajar apalagi bermalas-malasan. Kamu ngaku malas belajar karena
pasti nilainya dibawah Grace kan? kalo gitu ubah aja mindset di kepalamu itu. Kamu
belajar karena pengen ngebahagiain mama. Udah, beres kan? lupain aja yang
namanya bersaing atau melampaui, cukup berusaha keras demi mama aja” jawab Mama
Sisca meminta anaknya untuk mengubah targetnya selama ini
Sisca termenung
mendengarkan semua perkataan dari mamanya. Dia mengakui selama ini tujuannya
belajar hanyalah untuk melampaui Grace. Bukan hanya dia, bahkan teman-temannya
yang lain juga bertujuan yang sama dengannya. Dia mulai menyadari bahwa
motivasi belajarnya selama ini salah. Jika melampaui seseorang tidak cukup
untuk memberikan motivasi, membuat orang yang disayang bangga bukannya sudah lebih dari
cukup?
“Mungkin aku
harus berusaha lebih keras lagi. Kali ini bukan untuk melampaui orang lain,
tapi untuk membanggakan mama...” gumam Sisca dalam hati dengan disertai senyum
***
Mall
Fx, Sore hari.
Sore hari di
salah satu Mall. Desy bersama dengan Grace jalan-jalan ke Mall untuk bersantai
ria menikmati aktifitas setelah pulang sekolah. Desy mulai menyukai kebiasaan
Grace yang sangat santai dalam menjalani hari-harinya disekolah maupun diluar
sekolah.
“BTW.... kita
kapan belajarnya Grace? Kok kerjaannya main sama makan doang nih? Ulangan kan tinggal
beberapa hari lagi?” tanya Desy mulai khawatir dengan rutinitas Grace yang
sedang dia ikuti belakangan ini
“Santai aja
kali. Ulangan itu kan cuman mengulang apa yang udah dipelajari selama 1 semeter
ini doang. Udah diluar kepala itu mah, aku aja masih ingat apa yang kita
pelajari di awal semester sebelumnya sampai sekarang. Jadi santai aja, banyakin
makan biar nggak stress...” jawab Grace dengan santainya sambil memakan es krim
yang dia pesan semenit yang lalu
Mendengar
jawaban yang keluar dari mulut Grace membuat ekspresi wajah Desy berubah
drastis menjadi ekspresi penuh kekhawatiran. Dia mulai menyadari sesuatu, dia
sadar bahwa dia mengikuti rutinitas orang yang salah. Bagi orang seperti Grace
yang daya ingatnya tinggi cuman perlu belajar di sekolah, sedangkan orang
seperti Desy harus benar-benar belajar agar bisa mendapatkan nilai tinggi.
“Mati ueg...
kenapa malah ngikutin rutinitas si anak ini sih?” keluh Desy dalam hatinya
mulai menyesal telah membuang-buang waktunya selama ini hanya untuk bersantai-santai
***
Hari
pembagian nilai raport,
Ulangan semester
telah selesai 2 minggu yang lalu. Hari ini merupakan hari pembagian nilai
raport sebagai hasil rekap belajar para siswa selama satu semester belakangan. Hasilnya
Grace kembali menempati peringkat pertama di kelas, sedangkan Aurel berada di
peringkat kedua dan disusul dengan Shani diperingkat ketiga dengan selisih
nilai sangat tipis.
“Gimana nilai
kamu Des?” tanya Sisca yang datang menghampiri Desy setelah mengambil Raport
“Standar lah. Ada
yang usahanya biasa namun mendapatkan hasil yang tinggi, sedangkan yang
berusaha keras mendapatkan hasil yang biasa, hidup kadang sebercanda itu...”
sahut Desy dengan helaan nafas
“Nggak
sebercanda itu juga kali Des. Kita tidak bisa menyalahkan orang lain atas hasil
usaha yang kita dapat saat ini. Jika kita tidak mendapatkan apa yang kita
harapkan, berarti usahanya masih kurang. Kita tidak bisa menjadikan orang lain
sebagai alasan kita gagal saat ini. Jika kita gagal, kita hanya harus berusaha
lebih lagi. Usaha keras keras itu harusnya menaik keatas, jika menurun kebawah bukan
usaha keras namanya” ucap Sisca memberikan pendapatnya atas komentar Desy
sebelumnya
Siang hari di akhir
semester terlihat lebih cerah dari hari-hari sebelumnya. Seakan memberikan
semangat pada para pelajar untuk kembali berusaha lebih keras di semester
sebelumnya.
“Iya juga sih.
Harusnya aku berusaha lebih giat lagi. Jika aku gagal maka aku tidak akan
menyesalinya, karena... aku benar-benar sudah berusaha keras”
Tamat.
Penulis
No comments:
Post a Comment