Laman

Wednesday, June 3, 2015

Team T Fanfiction : Different Steps


Untuk mencapai puncak pegunungan ada beberapa cara yang bisa dilakukan seperti mendaki tanpa henti, mendaki dengan sesekali istirahat, sampai mendaki dengan berkali-kali istirahat. Tujuan akhirnya memang sama namun dalam proses perjalanannya berbeda, begitu juga dengan hasil akhir yang akan didapat.

Kelas XI IPA B, siang hari.

Bagi kebanyakan pelajar hal yang paling horror selain dipanggil ke ruangan kepala sekolah yaitu mendapatkan nilai ulangan dengan hasil dibawah rata-rata nilai standar yang telah ditetapkan. Begitu juga dengan yang terjadi pada anak-anak kelas XI IPA B yang saat ini dibagikan hasil ulangan kimia.

“Eh Des, kamu dapat berapa?” tanya Sisca yang baru saja kembali ke bangkunya setelah mengambil hasil ulangan yang dibagikan didepan kelas

“Ya begitulah, remedial lagi nih...” jawab Desy dengan muka agak masam memamerkan nilai ulangannya dengan hasil nilai 71 poin

Tak banyak pelajar di kelas XI IPA B yang berhasil mendapatkan nilai sempurna. Kebanyakan dari mereka malah mengeluh, menyalahkan soal-soal ulangan yang dirasa oleh mereka terlalu sulit hingga mereka mendapatkan nilai dibawah rata-rata. Diantara mereka, yang berhasil mendapatkan nilai diatas 90 hanyalah 3 orang yaitu Shani, Aurel dan Grace.

“BTW, Grace itu manusia bukan sih? kerjaannya main doang, pas ulangan nilainya yang paling tinggi sendiri” ketus Michelle sewot saat mengetahui nilai ulangan Kimia Grace  dengan nilai yang paling tinggi dikelasnya

“Iya. Rasanya gak adil banget ya. Kalo Shani sama Aurel okelah, mereka emang anak rajin dari zaman masih SD. Lah ini Grace? Dia dapat nilai 98 poin sendiri, diatas Shani dan Aurel malahan” sambung Andela yang setuju dengan pernyataan Michelle 

Diantara teman-temannya yang lain, Grace di cap sebagai anak yang berbakat dikelasnya bahkan di sekolahnya. Tanpa perlu banyak belajar, dia selalu berhasil menjawab semua soal-soal ulangan dengan hasil yang hampir sempurna. Bagi orang yang pertama kali kenal dia, terutama para guru pasti tidak percaya dan akan mencurigai kenapa Grace bisa mendapatkan nilai yang tinggi? Padahal dia termasuk anak yang lebih suka main ketimbang belajar. Grace sangat sering dipanggil oleh guru-guru untuk mengerjakan ulangan ulang di depan mereka hanya karena mereka ragu dengan keaslian jawaban Grace. Namun, hasilnya tetap sama dengan jawaban yang dikerjakan oleh Grace sebelumnya. Dia dapat membuktikan bahwa jawabannya bukanlah dari hasil kecurangan.   

***

Perpustakaan sekolah, siang hari.

Akhir-akhir ini Desy, Sisca, Michelle dan Andela sangat sering pergi ke perpustakaan untuk belajar. Mereka mengikuti rutinitas yang biasanya dilakukan oleh Shani dan Aurel yang selalu menghabiskan waktunya di dalam perpustakaan saat jam istirahat berlangsung. 3 minggu lagi sekolah mereka akan mengadakan ulangan akhir semester, oleh sebab itulah kebanyakan dari mereka sudah mulai mempersiapkan diri sejak awal agar bisa sukses menjawab soal-soal ulangan semester.

“Uhh, capek! Laper.... Aku mau makan dulu aja!” seru Michelle menutup buku mata pelajaran yang ada dihadapannya

Selain Michelle, 3 temannya yang ikut-ikutan rutinitas yang biasa dilakukan oleh Shani dan Aurel mulai menyerah perlahan-lahan. Bagi mereka gaya belajar Shani dan Aurel terlalu ekstrim jika diikuti, setelah bel istirahat berbunyi langsung pergi ke perpustakaan untuk belajar dan... itu rutin setiap hari dilakukan.  

“Lah? Kalian kok mau kabur? Gimana belajarnya?” tegur Shani saat teman-temannya mulai merapikan buku-buku dimeja mereka

“Pegel tau, dari kemaren cuman ngumpet di perpustakaan buat belajar. Kami cabut dulu ya bray! dahh!” balas Desy disertai dengan ucapan pamit pada 2 temannya yang masih stay di perpustakaan

***

Kamar Aurel, Malam hari.

1 Minggu sebelum ulangan akhir semester dilaksanakan, Shani yang meruapakan anak yang rajin dikelasnya pada akhirnya jatuh sakit karena memaksakan diri untuk terus belajar. Shani didiagnosa mengalami sakit lambung, dikarenakan dia sangat sering menunda makan bahkan sampai berkali-kali lupa makan.

“Capek ah belajar, hasilnya juga sama aja nanti. Hasil nilainya pasti lebih tinggi dari Grace. Kalaupun dipaksakan buat belajar, nanti bakalan sakit kayak Shani” gerutu Aurel menutup buku-buku yang ada diatas mejanya

Aurel merupakan anak yang rajin sama seperti halnya Shani. Mereka saling bersaing kejar mengejar peringkat 1 dan 2 sejak masih SD sampai SMP. Saat masuk SMA, mereka tidak pernah lagi mendapatkan peringkat pertama dikarenakan mereka harus bersaing dengan Grace yang selalu menempati peringkat pertama sejak semester pertama SMA.

Saat ini Aurel tergoda untuk bermalas-malasan, takut mengalami apa yang terjadi pada Shani dan dia mulai menyerah untuk melampaui Grace. Aurel yang tidak belajar mulai membuat pesawat kertas dari kumpulan kertas HVS yang biasa dia gunakan untuk coret-coret soal matematika maupun Fisika. Dia mulai menerbangkan pesawat-pesawat kertas kesembarang arah di dalam kamarnya. Salah satu pesawat kertasnya terbang cukup tinggi melewati bingkai foto yang terpajang di dinding kamar.

Sesaat Aurel terdiam saat pandangan matanya beralih pada bingkai-bingkai foto yang terpasang di dinding kamarnya. Dia memandangi foto-foto itu penuh dengan arti, dia mulai menundukkan kepalanya pertanda malu dengan apa yang telah dia kerjakan saat ini.

“Ya ampun. Kenapa aku jadi memanjakan perasaan aku sih? satu jam lagi ah belajarnya...” ucap Aurel menuju meja belajarnya untuk kembali menyambung belajarnya yang sebelumnya tertunda

***

Rumah Sisca, Malam Hari.

Dilain tempat namun diwaktu yang sama, ada Sisca yang sedang duduk bersama mamanya di ruang tamu. Dia mulai menceritakan tentang apa yang terjadi dikelasnya, dari anak yang lebih sering main tapi dapat nilai tinggi, anak yang belajarnya terlalu berlebihan pada akhirnya sakit, sampai dia yang juga udah belajar susah payah namun hasilnya tetap sama dengan nilai diatas standar.

“Ma, kok Sisca dapat nilai standar mulu sih? padahal Sisca kan udah belajar” curhat Sisca pada mamanya yang ada disampingnya

“Mungkin kamunya yang kurang berusaha. Mama sering lihat kamu belajarnya nggak sampai satu jam, habis itu malah main Hp, nonton Tv, terus tiduran...” sahut mama Sisca mencoba menjawab pertanyaan dari putrinya

“Tapi Grace yang kerjaannya main mulu malah dapat nilai yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari anak-anak yang paling rajin dikelas. Jadi malas belajar kalo hasilnya sama, nggak bisa ngalahin dia juga” balas Sisca membela diri atas kebiasaannya yang telah diketahui mamanya

“Kenapa kamu malah membandingkan diri kamu dengan orang lain? Jangan pernah menjadikan orang lain sebagai alasan untuk tidak belajar apalagi bermalas-malasan. Kamu ngaku malas belajar karena pasti nilainya dibawah Grace kan? kalo gitu ubah aja mindset di kepalamu itu. Kamu belajar karena pengen ngebahagiain mama. Udah, beres kan? lupain aja yang namanya bersaing atau melampaui, cukup berusaha keras demi mama aja” jawab Mama Sisca meminta anaknya untuk mengubah targetnya selama ini

Sisca termenung mendengarkan semua perkataan dari mamanya. Dia mengakui selama ini tujuannya belajar hanyalah untuk melampaui Grace. Bukan hanya dia, bahkan teman-temannya yang lain juga bertujuan yang sama dengannya. Dia mulai menyadari bahwa motivasi belajarnya selama ini salah. Jika melampaui seseorang tidak cukup untuk memberikan motivasi, membuat orang yang disayang bangga bukannya sudah lebih dari cukup?


“Mungkin aku harus berusaha lebih keras lagi. Kali ini bukan untuk melampaui orang lain, tapi untuk membanggakan mama...” gumam Sisca dalam hati dengan disertai senyum

***

Mall Fx, Sore hari.

Sore hari di salah satu Mall. Desy bersama dengan Grace jalan-jalan ke Mall untuk bersantai ria menikmati aktifitas setelah pulang sekolah. Desy mulai menyukai kebiasaan Grace yang sangat santai dalam menjalani hari-harinya disekolah maupun diluar sekolah.   

“BTW.... kita kapan belajarnya Grace? Kok kerjaannya main sama makan doang nih? Ulangan kan tinggal beberapa hari lagi?” tanya Desy mulai khawatir dengan rutinitas Grace yang sedang dia ikuti belakangan ini

“Santai aja kali. Ulangan itu kan cuman mengulang apa yang udah dipelajari selama 1 semeter ini doang. Udah diluar kepala itu mah, aku aja masih ingat apa yang kita pelajari di awal semester sebelumnya sampai sekarang. Jadi santai aja, banyakin makan biar nggak stress...” jawab Grace dengan santainya sambil memakan es krim yang dia pesan semenit yang lalu

Mendengar jawaban yang keluar dari mulut Grace membuat ekspresi wajah Desy berubah drastis menjadi ekspresi penuh kekhawatiran. Dia mulai menyadari sesuatu, dia sadar bahwa dia mengikuti rutinitas orang yang salah. Bagi orang seperti Grace yang daya ingatnya tinggi cuman perlu belajar di sekolah, sedangkan orang seperti Desy harus benar-benar belajar agar bisa mendapatkan nilai tinggi.

“Mati ueg... kenapa malah ngikutin rutinitas si anak ini sih?” keluh Desy dalam hatinya mulai menyesal telah membuang-buang waktunya selama ini hanya untuk bersantai-santai

***

Hari pembagian nilai raport,

Ulangan semester telah selesai 2 minggu yang lalu. Hari ini merupakan hari pembagian nilai raport sebagai hasil rekap belajar para siswa selama satu semester belakangan. Hasilnya Grace kembali menempati peringkat pertama di kelas, sedangkan Aurel berada di peringkat kedua dan disusul dengan Shani diperingkat ketiga dengan selisih nilai sangat tipis.

“Gimana nilai kamu Des?” tanya Sisca yang datang menghampiri Desy setelah mengambil Raport

“Standar lah. Ada yang usahanya biasa namun mendapatkan hasil yang tinggi, sedangkan yang berusaha keras mendapatkan hasil yang biasa, hidup kadang sebercanda itu...” sahut Desy dengan helaan nafas

“Nggak sebercanda itu juga kali Des. Kita tidak bisa menyalahkan orang lain atas hasil usaha yang kita dapat saat ini. Jika kita tidak mendapatkan apa yang kita harapkan, berarti usahanya masih kurang. Kita tidak bisa menjadikan orang lain sebagai alasan kita gagal saat ini. Jika kita gagal, kita hanya harus berusaha lebih lagi. Usaha keras keras itu harusnya menaik keatas, jika menurun kebawah bukan usaha keras namanya” ucap Sisca memberikan pendapatnya atas komentar Desy sebelumnya

Siang hari di akhir semester terlihat lebih cerah dari hari-hari sebelumnya. Seakan memberikan semangat pada para pelajar untuk kembali berusaha lebih keras di semester sebelumnya.

“Iya juga sih. Harusnya aku berusaha lebih giat lagi. Jika aku gagal maka aku tidak akan menyesalinya, karena... aku benar-benar sudah berusaha keras”

Tamat.


Penulis 

No comments:

Post a Comment