Yosh, kali ini mau review Film animasi Grave of the fireflies buatan studio ghibli. Film yang rilis pada tahun 1988, udah lama banget ya? iya udah lama, tapi filmnya bisa dikatakan sangat realistis dalam tiap adegan-adegannya.
Review yang paling jelas tentang asal-usul film ini bisa cek di wikipedia. Kalo review versi aku cuman nampilin adegan-adegan yang menurut aku paling berkesan.
Sinopsis singkat, film ini menceritakan kisah perjuangan kakak beradik bernama Seita dan Setsuko untuk bertahan hidup selama
Perang Dunia II.
|
Gambar 1 |
(Gambar 1) Film dibuka dengan pernyataan seorang laki-laki berumur 14
tahun yang mengatakan bahwa dia telah meninggal pada 21 September 1945
saat malam hari. Bisa dikatakan yang ngomong ini sudah jadi roh gitu.
|
Gambar 2 |
(Gambar 2) Laki-laki yang pakai topi itu rohnya, sedangkan yang duduk sanderan di tiang itu jasadnya yang udah meninggal.
|
Gambar 3 |
|
Gambar 4 |
(Gambar 3 dan 4) Pada jasad anak laki-laki
yang bernama Seita ini terdapat kaleng permen yang sudah karatan. Penjaga
stasiun yang menemukan kaleng ini langsung membuangnya dengan cara
melemparnya ke semak-semak yang ada di dekat stasiun.
|
Gambar 5 |
|
Gambar 6 |
|
Gambar 7 |
(Gambar 5-7) Kaleng yang dilempar oleh penjaga stasiun tadi jatuh dalam keadaan terbuka dan isi dalam kaleng itu keluar. Isinya udah pasti bukan kapur, tapi tulang yang sudah hancur. Tak jauh dari kaleng muncul anak perempuan kecil dengan disertai munculnya sekumpulan kunang-kunang yang beterbangan. Si anak kecil ini awalnya kaget ketika melihat jasad yang sudah tak berdaya agak jauh dari tempat dia berdiri. Saat dia mau menghampiri jasad itu, si anak laki-laki pakai topi tadi mencegahnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah kakanya sendiri. Pada akhirnya kakak dan adik ini ketemu.
Di pembukaan film udah ada spoilernya, bahwa mereka berdua sudah meninggal. Jadi nanti ceritanya tentang flashback mereka berdua yang berjuang hidup selama perang dunia 2.
Scene awal aura-auranya udah sedih, tapi disini aku cuman sedih aja sih. Nggak sampai berkaca, mengeluarkan mata atau nangis. Belum aja sih.
|
Gambar 8 |
|
Gambar 9 |
|
Gambar 10 |
|
Gambar 11 |
(Gambar 8-11) Ghost Flashback diawali dengan sebuah keluarga yang bersiap-siap mengungsi karena ada peringatan serangan udara. Ibu mereka lebih dulu disuruh pergi mengungsi, karena ibu mereka punya penyakit jantung. Sedangan mereka mengubur barang-barang berharga ke dalam tanah.
Ketika serangan udara berhenti, yang tersisa hanyalah reruntuhan-reruntuhan rumah yang sudah hancur dan terbakar. Bukan cuman itu, banyak juga korban jiwa dari serangan udara salah satunya ibu mereka berdua yang mengalami luka bakar di sekujur tubuh.
|
Gambar 12 |
|
Gambar 13 |
|
Gambar 14 |
|
Gambar 15 |
(Gambar 12-15) Disini Seita sebagai kakak tidak bisa menunjukkan pada adiknya bahwa ibunya mengalami luka bakar, oleh sebab itu dia berbohong bahwa ibu mereka sudah ada di Rumah Sakit Nishinomiya dan keesokannya mereka akan pergi ke Nishinomiya tempat bibinya tinggal. Si Setsuko ini pengen banget bertemu ibunya, dia akhirnya ngambek dan nangis. Si kakaknya juga bingung mau bujuk adiknya gimana.
Disini akunya udah mulai berkaca-kaca, kalo kalian ingat masa lalu kalian pas masih kecil dulu pasti sedih melihat adegan ini. Dulu aku waktu kecil pernah juga nangis karena pengen ketemu mama, ya namanya juga waktu masih kecil jadinya masih takut sampai nangis kalau jauh-jauh dari orangtua.
Oh iya, di awal aku bilang film ini realistis banget kan? ya emang, contohnya pada adegan Setsuko ngambek. Dari diam, masang wajah cemberut, mainin kaki di tanah, jongkok, lalu nangis. Ini detail banget dan realistis persis seperti anak kecil pada umumnya.
|
Gambar 16 |
|
Gambar 17 |
|
Gambar 18 |
|
Gambar 19 |
|
Gambar 20 |
|
Gambar 21 |
(Gambar 16-21) Disini Seita dan Setsuko udah sampai di Nishinomiya, mereka menginap di rumah bibi mereka. Untuk menghibur adiknya, Seita mengajak Setsuko ke pantai untuk bermain. Disini badannya Setsuko udah ada bercak merahnya.
Oh iya, Ibunya mereka berdua udah meninggal. Satu-satunya orang yang belum tahu hanya Setsuko seorang.
|
Gambar 22 |
|
Gambar 23 |
|
Gambar 24 |
|
Gambar 25 |
|
Gambar 26 |
|
Gambar 27 |
|
Gambar 28 |
|
Gambar 29 |
(Gambar 22-29) Semua makanan serba dijatah, karena sedang terjadi krisis makanan. Semua barang berharga mau tidak mau harus ditukar dengan makanan untuk bisa bertahan hidup. Disini bibinya menukarkan kimono ibu mereka untuk ditukar dengan beras, Setsuko menolak Kimono ibunya ditukarkan sampai dia ngambek lagi.
Perlakuan ramah dari bibinya tidak berlangsung lama, setelah barang timbunan milik mereka berdua sudah habis dari makanan sampai pakaian yang sudah ditukarkan. Bibinya malah sering ngomel-ngomel karena mereka tidak bisa melakukan apa-apa selain bermalas-malasan di rumah. Pada akhirnya bibi mereka menyuruh mereka masak sendiri tanpa harus ikut dengan mereka.
|
Gambar 30 |
|
Gambar 31 |
|
Gambar 32 |
(Gambar 30-32) Disini Seita mengikuti saran dari bibinya, dia menarik uang di Bank untuk membeli macam-macam kebutuhan dari kompor sampai payung. Disini mereka makannya udah pisah dari bibi mereka, masak di luar rumah dan makan di kamar.
|
Gambar 33 |
|
Gambar 34 |
|
Gambar 35 |
|
Gambar 36 |
(Gambar 33-36) Cuman berdiam diri di rumah membuat bibi mereka semakin kesal dengan mereka, bahkan bibinya secara terang-terangan bilang bahwa mereka adalah hama. Seita yang tersinggung memilih pergi bersama adiknya ke sebuah tempat tidak terpakai berbentuk goa kecil yang biasanya dipakai untuk berlindung dari serangan udara. Mereka berdua membawa semua peralatan yang mereka beli sebelumnya ke goa kecil itu.
Disini si Setsuko udah jarang nangis dan dia malah lebih sering garuk-garuk belakang badannya.
|
Gambar 37 |
|
Gambar 38 |
|
Gambar 39 |
|
Gambar 40 |
|
Gambar 41 |
(Gambar 37-41) Karena di dalam goa tempat tidur mereka gelap, Seita berinisiatif membawa kunang-kunang masuk ke dalam goa. Setsuko yang suka dengan cahaya kunang-kunang membuat Seita membawa kunang-kunang dalam jumlah yang banyak sebagai penerangan.
Keesokan paginya, Seita menemukan Setsuko yang sedang menggali lubang. Setsuko mengatakan bahwa dia membuat kuburan untuk para kunang-kunang yang sudah mati. Dia juga mengatakan bahwa dia sudah tahu bahwa ibunya sudah meninggal dari bibinya.
Disini aku baru sadar kenapa Setsuko yang biasanya rewel dan nangis tiap malam udah nggak cengeng lagi. Karena dia tau bahwa dia udah nggak bisa ketemu ibunya lagi, alasan dia sering nangis selama ini kan karena dia pengen ketemu ibunya.
|
Gambar 42 |
|
Gambar 43 |
|
Gambar 44 |
|
Gambar 45 |
|
Gambar 46 |
|
Gambar 47 |
(Gambar 42-47) Mereka berdua udah tinggal dalam waktu yang lama di goa kecil itu. Bertahan hidup dengan makanan seadanya dari makan makanan sisa persediaan mereka sebelumnya sampai makan hewan penghuni danau seperti keong sampai katak. Disini persediaan mereka bisa dikatakan sudah habis, minta bantuan orang lain juga percuma karena mereka dalam keadaan berhemat sehingga mereka tidak bisa menjual ataupun menukar apapun dengan makanan.
Disini ada scene Seita dan Setsuko sedang berada di depan goa kecil mereka. Seita terlihat menyisir rambut Setsuko. Pada badannya Setsuko yang awalnya hanya bercak merah berubah menjadi luka-luka berbintik. Kalau kalian jeli, pasti kalian melihat hampir setiap adegan Setsuko menggaruk belakang badannya. Setsuko sempat mengaku pada kakanya bahwa perutnya terasa aneh.
Dari sini terlihat sangat jelas perubahan karakter Setsuko dari anak cengeng berubah jadi anak yang tegar yang tidak lagi mengeluh pada kakaknya. Disini aku kembali berkaca-kaca, untuk ukuran anak kecil berumur 4 tahun, menjadi karakter tegar itu susah banget.
|
Gambar 48 |
|
Gambar49 |
|
Gambar 50 |
|
Gambar 51 |
|
Gambar 52 |
|
Gambar 53 |
|
Gambar 54 |
(Gambar 48-54) Mengetahui bahwa sakit adiknya makin parah, Seita mulai mencuri tanaman-tanaman milik penduduk untuk diberikan pada adiknya yang sakit. Bukan cuman itu, setiap ada serangan udara dia pergi ke rumah penduduk untuk mengambil makanan.
Sampai suatu malam dia ketahuan mengambil tanaman di kebun warga, warga yang memergokinya pergi ke goa Seita. Dia jadi semakin marah karena disana terdapat banyak tanaman curian.
Akhirnya dia membawa Seita ke kantor polisi.
Disini adegannya sedih, Setsuko manggil-manggil kakaknya yang sedang digebuk warga. Aku yang liatnya aja berkaca-kaca lagi. Nggak tega aja liat anak kecil yang melihat kakaknya digebukin.
Sesampainya di kantor polisi, warga tadi protes dengan keputusan polisi yang menyuruhnya pulang. Tapi polisinya bilang kalau tindakan warga tadi termasuk penganiayaan. Intinya Polisinya tidak menangkap Seita, malah menyuruhnya pulang karena alasan Seita masuk akal dalam keadaan perang yang sedang berlangsung.
Keluar dari Kantor polisi, Seita menemukan adiknya yang ternyata mengikutinya sampai ke kantor polisi.
Lagi-lagi berkaca-kaca, ada adegan si Setsuko yang lagi sakit meminta kakaknya yang sedang babak belur di bawa ke rumah sakit. Yang sakit disini adalah Setsuko, tapi dia lebih khawatir pada kakaknya dibandingkan dia sendiri. Si Seita pada akhirnya menangis sambil memeluk adiknya yang begitu kuat dibandingkan dengan dia yang merupakan kakaknya.
|
Gambar 55 |
|
Gambar 56 |
|
Gambar 57 |
|
Gambar 58 |
|
Gambar 59 |
|
Gambar 60 |
|
Gambar 61 |
(Gambar 55-61) Kondisi Setsuko udah parah banget, sampai-sampai Seita menemukan Setsuko yang terbaring di tanah tak jauh dari goa. Seita langsung membawa Setsuko ke sebuah tempat mirip puskesmas. Disana dia cuman dijelaskan bahwa Setsuko hanya kurang gizi tanpa diberikan obat apapun. Sepulangnya Seita menemukan gerobak yang berisi es batu, disitu dia ngambil remah-remah bekas es batu yang digergaji untuk diberikan pada Setsuko.
Seita menanyakan apa yang ingin dimakan Setsuko? Setsuko menjawab semua makanan yang dia sukai, namun di akhir dia hanya meminta untuk diberikan es yang banyak.
Udah deh, disini bukan berkaca-kaca lagi tapi nangis. Mungkin agak lebay cowok nangis, tapi mau gimana lagi coba? melihat anak kecil yang lagi sakit itu sedih banget apalagi yang terlihat sekarat.
Seita berinisiatif untuk menarik semua uang yang ada di Bank untuk keperluan Setsuko, memang si Setsuko awalnya menolak karena dia hanya ingin bersama dengan kakaknya.
|
Gambar 62 |
|
Gambar 63 |
|
Gambar 64 |
|
Gambar 64 |
|
Gambar 65 |
|
Gambar 66 |
|
Gambar 67 |
|
Gambar 68 |
(Gambar 62-68) Sepulang dari menarik uang di Bank, Seita kembali sambil membawa persediaan makanan. Di goa kecilnya, dia menemukan Setsuko yang sedang berbaring sambil mengemut sesuatu. Seita yang bingung dengan apa yang diemut Setsuko, diapun langsung mengeluarkannya dari mulut adiknya itu, dan ternyata yang ada dalam mulut Setsuko adalah kelereng bukannya permen.
Disini kondisi Setsuko udah parah banget. Yang paling bikin terharu pas si Setsuko menawarkan kakakanya makanan yang terbuat dari tanah yang dia anggap sebagai nasi dan bubur kedelai. Seita yang melihat kelakuan adiknya jadi nangis, jangankan dia aku aja liatnya sampai nangis.
Seita memberikan adiknya semangka, dia mengatakan bahwa semangka itu bukan hasil curian.
"Rasanya enak" dan "terimakasih" adalah kata-kata terakhir Setsuko sebelum dia menutup matanya.
Seita mengira adiknya tertidur dan dia bersiap membuatkan makanan untuk adik kesayangannya itu.
|
Gambar 69 |
|
Gambar 70 |
Bagi kalian yang berjenis kelamin laki-laki, nggak usah merasa banci nonton film ini sambil nangis. Normal kok nangis kalau adegannya seperti pada film ini, terutama pada adegan ketegaran Setsuko yang tidak mengeluh pada kakanya disaat kondisinya sudah kritis sekalipun.
Adegan-adegannya didalam emang benar-benar menyentuh dan realistis banget. Bicara soal rating, aku sih sih naroh rating untuk film ini 10/10. Ceritanya bagus, sangat layak untuk di tonton.
Udah, segitu aja reviewnya. Makasih udah menyempatkan waktunya untuk membaca Review yang banyak screenshotnya ini.
No comments:
Post a Comment